Jumat, 07 Desember 2012

CERPEN




aKu Tak pernah Sendiri
Apa yang aku mau, selalu tersedia. Semua serba ada, hidupku sangat berkecukupan. Namun terkadang, aku merasa jenuh, bahkan sangat jenuh. Apakah aku terlihat serakah dengan tidak mensyukuri apa yang telah kudapat ? Entahlah , hanya saja aku  sering berpikir untuk apa semua itu kalau aku selalu merasa sendiri. Selalu kesepian, dan kurang kasih sayang. Kedua orang tuaku selalu sibuk dengan kegiataan mereka sendiri. Berangkat pagi pulang malam begitu seterusnya, tak pernah ada waktu di rumah.
Panggil saja aku Dikta , sekarang aku duduk dibangku kelas 1 SMA .
Terkadang aku berpikir, “mengapa aku dilahirkan kalau hanya untuk diabaikan,” “mengapa aku ada kalau hanya untuk di acuhkan”.  Rasanya aku ingin berteriak saat aku tak menemui orang tuaku dirumah “ aku ini manusia, bukannya patung yang tak punya perasaan. Aku juga butuh kasih sayang dari kalian, aku butuh sebuah senyuman dari kalian, aku butuh sebuah pelukan dari kalian, aku juga butuh sebuah perhatian dari kalian. Setidaknya, kalian dirumah satu jam saja itu sudah berarti besar buat aku.”
Karena aku tahu itu semua mustahil, akhirnya aku melampiaskan itu semua dengan cara aku menjadi siswa yang bermasalah di sekolah. Aku selalu bikin onar, aku selalu bikin rusuh. Tak jarang pula aku kena hukuman dari guru karena ulahku. Ada-ada saja yang aku lakukan untuk mencari perhatian. Tawuran,  merokok, balapan liar, cabut, tak pernah mengerjakan tugas, hampir setiap hari aku lakukan. Itu hanya untuk mencari sebuah perhatian, ya! hanya untuk  perhatian dari orangtuaku .
Tapi semuanya percuma, yang aku lakukan sia-sia. Saat dirumah, aku malah kena marah. Yang dibilang anak tidak berguna lah, anak tidak tahu di untung lah, bikin malu keluarga lah, buang-buang waktu mereka lah, dan apalah itu . Hal ini membuatku semkain muak  . Aku jadi tak betahan  di rumah , toh jika aku lama-lama di rumah gak ada kok yang peduli dengan kehadiranku .
Suatu pagi , aku berangkat lebih cepat ke sekolah . Bukan karena apa , aku hanya malas saja berada di rumah . Aku tak langsung memasuki  kelas karena sekolahan masih sepi  , aku duduk di bangku taman sekolah  dan  memejamkan mata , menikamati udara segar pagi dan kesunyian sekolah yang bebas dari keributan siswa yang belum datang .
Aku membuka mata dan melihat ke arah gerbang sekolah  , tampak Richard  sedang berpamitan dengan seorang pria yang kira-kira berumur 40 tahun . Sepertinya Richard menyadari kalau aku  sedang memperhatikannya , dia berjalan mendekat ke arah ku “  Hei Dikta , tumben jam segini udah nongol di sekolah!” sapanya sambil melempar senyuman . Aku tidak mengubrisnya , dan kemudian dia berniat berjalan meninggalkanku . “ Enak ya kalau  jadi  loe !” kata Dikta  yang mencegat langkah Richard  , “maksud loe apaan?” Richard menunjukkan raut wajah bingung  dan duduk di sebelah  Dikta .   “ Hidup loe itu serasa  bahagia dan gak pernah punya masalah , loe juga punya orang –orang yang sayang banget sama loe , loe itu selalu mendapat pujian dari guru dan teman-teman!” ucap Dikta  dan menoleh ke arah Richard . Mendengar ucapan Dikta, Richard hanya tersenyum tipis “Siapa bilang  gue gak pernah punya masalah di hidup gue ?”tatapan Richard hanya lurus ke depan “Biar gue kasih tahu loe , gue itu punya penyakit kelainan jantung , gue gak bisa bebas melakukan hal-hal yang gue inginkan  . Pernah waktu SMP saat Pelajaran Olahraga , gue maksain diri gue untuk ikut lomba lari , tapi gue malah pingsan dan dilarikan ke rumah sakit . Orangtua gue sangat ketakutan melihat  gue dalam keadaan waktu itu  , gue merasakan pedihnya perasaan mereka.” Richard menghela napas  “Gue merasa kalau gue ini hanya beban buat keluarga gue , tapi melihat orangtua gue waktu itu  gue berjanji dalam diri gue untuk membahagiakan mereka dan  gue pastiin kalau hidup gue gak akan jadi beban bagi mereka . Tiap hari gue berdoa kepada Tuhan semoga tiap waktu orang yang  dekat sama gue selalu di bekarti dan gue selalu diberi kesempatan untuk menyenangkan hati orang yang dekat dengan gue .”
Sejenak suasana hening  , Richard berdiri dan hendak beranjak memasuki kelas “ Dikta , loe tahu kan hidup ini hanya sekali  ,  sangat disayangkan kalau kita  mengorbankan masa remaja kita  dengan hal-hal yang tak berguna sama sekali.  Setidaknya kita bisa menikmati setiap hembusan nafas yang diberikan Tuhan  untuk kita . Hidup itu tidak ada yang sempurna , tapi itu tergantung bagaimana kita menjalani hidup !” .
Sekarang aku sadar selama ini aku salah, aku ingin menjadi anak yang bisa berguna. Aku ingin membanggakan kedua orang tuaku. Aku ingin membuat mereka bangga. Setidaknya agar mereka sadar, “ini loh anak yang selama ini mereka lupakan!”.
Di kelas 2 ini, aku mulai menata hidupku kembali. Aku mulai untuk memperbaiki hidupku, aku memperbaiki kelakuanku, memperbaiki sifat nakalku, memperbaiki nilaiku, dan memperbaiki semuanya.Sudah aku tinggalkan semua kebiasaan burukku. Aku tak pernah lagi cabut dari sekolah, merokok, balapan liar, tawuran atau membangkang dari guru, semua sudah kutinggalkan.
Sekarang, aku aktif di setiap kegitan sekolah. Aku mengikuti semua extra kulikuler, dari basket, renang, futsal, karate, dan sebagainya. Sangat bermanfaat sekali aku mengikuti semua kegiatan baruku itu, aku mendapatkan banyak  teman-teman baru. Setidaknya berkat kehadiran mereka, sedikit mengusir rasa sepiku selama ini.
Semua yang ku lakukan tidak sia-sia. Ujian akhir kenaikan kelas 2 ke kelas 3, aku mendapat nilai – nilai yang memuaskan . Astaga! aku sangat terkejut, entah kenapa ada sebuah kebanggaan dari itu. Guru-guru dan teman-teman di sekolah juga sama terkejutnya denganku. Mereka tak percaya, tapi walau bagaimanapun ini fakta dan aku sangat senang akan hal itu.
Di kelas 3 ini, perubahanku semakin terlihat.  Prestasiku semakin meningkat ,  Aku  sering menjuarai di setiap perlombaan, basket, futsall, renang, dan karate. Nilai-nilaiku juga berubah drastis, yang tadinya selalu di bawah rata-rata, sekarang malah selalu diatas rata-rata. Aku sangat bersyukur atas pencapaian ini. Terima kasih ya Tuhan , setidaknya aku bangga terhadap diriku sendiri.
Apalagi sekarang kedua orang tuaku sedikit berubah. Mereka sadar karena selama ini mereka telah mengabaikanku. Mungkin memang tak masalah sekarang untukku, meskipun kalau seumpama mereka tetap sibuk aku sudah tak mempermasalakannya lagi. Aku sudah kebal akan hal itu. Tapi aku senaang sekali, sekarang mereka selalu ada untukku. Mereka tak seperti dulu lagi yang selalu berangkat pagi-pagi buta dan pulang sangat larut malam. Seperti harapanku, sekarang aku bisa sarapan bersama mereka, bisa makan malam bersama mereka, berlibur setiap akhir pekan, menceritakan semua keluh kesahku kepada mereka.
Aku merasa bodoh selama ini selalu  merasa sendiri ,  butuh seseorang untuk menyadarkanku kalau  Tuhan itu selalu ada menemaniku . Richard sudah menungguku di depan untuk berangkat ke gereja bersama . Sejenak aku memejamkan mata dan berkata “ Terimakasih Tuhan  , Engkau telah mengutus dia untuk menjadi sahabatku dan  menyadarkankanku bahwa di dalam hidup ini aku tidak pernah sendiri.”


Tidak ada komentar:

Posting Komentar